Stres jadi hal yang sangat berbahaya bagi penderita kanker. Stres
bahkan dihubungkan dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah. Sebuah
studi mengatakan bahwa kesenian dan ketenangan dapat mengurangi tingkat
kecemasan bagi orang yang menderita stres, terutama mereka yang merupakan
pasien kanker.
Terapi seni kreatif selain jadi program pelatihan psikologis juga
diketahui merangsang perubahan otak. Perubahan ini berhubungan dengan penurunan
stres pada penderita kanker payudara. Hal tersebut menurut sebuah studi yang
diterbitkan di Journal Stress and Health.
"Terapi seni ekspresif dan program meditasi sebelumnya belum
pernah dipelajari memiliki dampak dan korelasi pada stres dan rasa cemas,"
kata salah satu peneliti, Dr. Daniel Monti, M.D., yang juga merupakan direktur
Jefferson-Myrna Brind Center of Integrative Medicine, dikutip
huffingtonpost.com.
Studi tersebut dilakukan pada 18 orang termasuk pasien kanker
payudara yang didiagnosis antara tiga tahun sebelum studi dan 6 bulan sebelum
studi. Tak ada peserta studi yang aktif melakukan perawatan untuk menyembuhkan
kanker mereka.
Di awal studi, mereka diperiksa mengenai 90 gejala, serta
pemeriksaan stres, meditasi dan sebagainya. Beberapa dari mereka juga
diharuskan mengikuti perawatan ketenangan seperti terapi seni dan sisanya
mengikuti terapi pendidikan selama 8 minggu.
Terapi ini termasuk yoga, latihan pernafasan, latihan ketenangan
emosi dan aktivitas-aktivitas lain di mana mereka dapat mengekspresikan diri
mereka secara emosional. Setelah periode 8 minggu berakhir, mereka diperiksa
kembali melalui pemindaian otak.
Para peneliti menemukan bahwa peserta studi yang melakukan terapi
seni memiliki perubahan otak secara aktual yang berhubungan dengan stres dan
emosi. Secara spesifik, mereka mengalami aliran darah cerebral di bagian kiri
insula, amygdala dan hippocampus otak. Menurut pemeriksaan, mereka juga
mengalami stres dan rasa cemas yang lebih sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar